Rabu, 12 Maret 2014

Karinding Jatidiri Seniman Sunda

Karinding merupakan sebuah alat musik tiup yang berasal dari Jawa Barat. Merupakan salah satu kekayaan budaya sunda dalam hal kesenian, khususnya seni musik. Karinding biasanya dimainkan oleh seorang maupun grup yang terdiri dari 2 hingga 5 orang. Menurut Ensiklopedia Sunda, karinding berarti alat bunyi-bunyian yang dibuat dari bambu dalam karawitan sunda. Karena merupakan alat musik tiup, maka peran penting resonator dipegang oleh rongga mulut, sedangkan tangan atau jari-jari bertindak sebagai pemukul.

Fungsi dari karinding ini dulunya adalah sebagai penghasil suara bergelombang ultrasonik yang digunakan untuk mengusir hama di sawah. Hal ini disebabkan suara yang dihasilkan oleh karinding biasanya low decibel atau bersuara rendah. Secara umum, karinding menghasilkan suara yang mirip wereng, belalang, burung, dan yang lainnya. Pada perkembangannya, alat musik yang satu ini bisa digabungkan dengan alat musik lain untuk dijadikan sebuah pertunjukan. Bahkan, alat musik ini juga menjadi salah satu pertunjukan di hotel-hotel mewah di Bandung dalam usaha pelestarian budaya sunda.

Keistimewaan dari alat musik ini adalah dapat digunakan untuk membuat sebuah lagu karena alunan suaranya yang indah. Hal ini disebabkan oleh resonatornya, yaitu rongga mulut. Yang memungkinkan untuk menciptakan variasi-variasi baru secara bebas dan variatif. Bahkan, orang pada zaman dahulu mengklaim bahwa orang yang sudah bisa menguasai alat musik ini bisa berbicara menggunakan karinding. Hanya saja suara yang keluar seperti suara robot (robotik).

Karinding terbuat dari bahan yang sederhana, yaitu pelepah kawung dan bambu. Bahan pembuatnya merupakan identitas bagi pemakainya. Untuk karinding dengan bahan pelepah kawung biasanya dipakai oleh kaum Adam, sedangkan karinding dengan bahan bambu dipakai oleh kaum perempuan yang menyimpannya di sanggul. Karinding terdiri dari 3 ruas, ruas kanan, tengah dan kiri. Sebagai pegangan ada di ruas kiri, ruas kanan adalah bagian yang dipukul dan tengah adalah tempat terdekat dengan mulut, di mana udara dan lidah menjadikan suara-suara music yang indah ketika bertemu dengan getaran dari ruas kanan. Selanjutnya ada 4 jenis nada yang dihasilkan oleh Karinding menurut abah Olot, yaitu tonggoret, rereogan, gogondangan, dan iring-iringan. Bunyi ini tergantung dari hasil resonansi yang dibuat atau diciptakan saat dimainkan.
Kategori : , ,

PERSONAL

Tentang Ibo Zavasnoz.

Tentang Karinding.

Tentang Iket Sunda Kiwari.

TERAKHIR DILIHAT